Minggu, 13 Desember 2009
Untukmu mamaku
Siang itu pulang sekolah aku makan disamping mamaku, beliaulah yang telah melahirkan dan mengurusku dari kecil dengan penuh kasih sayang. Aku memiliki satu adik perempuan yang masih berumur kuranglebih dua tahun. Aku sendiri masih berumur 7 tahun.
Sudah tiga hari ini mamaku terbaring sakit panas tinggi, sementara papaku ada dikota lain sedang mengurus sesuatu. Karena mama sakit kami menginap dirumah nenek.
Wajah mamaku pucat dan lesu tangannya membelai rambutku.
“Sayang, jika mama nanti sudah tidak ada, jangan nakal ya, jaga adikmu ya.., jangan nakal dengan ibu tirimu” kata mamaku yang aku tidak mengerti maksudnya apa.
Hanya menunduk dan terus melanjukan makanku.
Waktu itu aku ingat mama memakai baju hangat berwarna hijau.
Tanpa ada firasat apa-apa, seperti biasa main dengan sepupu dan adikku tidak jauh dari mamaku. Keluarga ku yang lain bergantian mengurus mamaku.
Sorenya papaku pulang, aku gembira sekali sudah hampir dua minggu tidak bertemu papaku. Suasana terasa hangat kami terus bercengkrama disamping pembaringan mama, adikku juga ada disana.
Tiada disangka ini adalah sore dan malam terakhir aku bersama mamaku, setelah kedatangan papa, kondisi mama membaik sebentar, namun sekitar jam 11 malam kondisi mama kristis, semua keluarga telah berkumpul, Aku dan adikku sempat diminta mama agar mendekat ke ranjang ditempat mama terbaring, cuma aku saja yang ada disana. Adikku dipisahkan kekamar sebelah tidur.
Ini lah detik detik terakhir aku melihat mamaku, Didepanku, papa, nenek paman dan keluargaku yang lain mama berpulang kerahmatulah.
Mamaku telah pergi, mamaku telah tiada. Innalilahi wa innailaii rajiun.
Allah telah menjemput mamaku disaat aku dan adikku masih kecil.
Kami semua sayang pada mama, mungkin Allah lebih sayang pada mama, Allah tidak ingin mama lama dalam penderitaan sakitnya.
Kini kehidupanku adikku berubah, hidup tanpa orang yang kami sayangi. Jika adiku bertanya tentang mama, kami menghiburnya “mama sedang bobo.. jauuuh sekali nanti juga pulang”
Lama kelamaan adikku mengerti kalau mamanya tak mungkin kembali.
Aku mulai hidup pindah pindah dari satu kota kekota lain, ikut keluarga mamku. Membuatku lebih tegar menghadapi hidup. Aku juga pernah tinggal bersama papa dan mama tiriku, disini aku baru menyadari pesan mamaku siang hari sebelum beliau meninggal. Aku harus jadi anak yang baik dan menjaga adikku satu satunya.
Mama tiriku sangat baik, Allah mengganti mamaku dengan mama yang mengajarkan banyak hal, membaca alquran sehingga sekarang membuatku hafal beberapa juz alquran, Sholat, memasak, mencuci, mengurus rumah, beternak dan bertani. Walaupun aku anak laki-laki tapi di kelas 5 SD aku sudah bisa diandalkan mama tiriku tentang masalah dapur dan rumah.
Pahit kehidupan kulalui, kadang aku harus bekerja sambil sekolah untuk membiaya hidupku. Pekerjaan ini aku bisa membantu sekolah adikku sampai tamat SMA,
Aku tumbuh remaja.
Tapi aku tidak bisa seperti remaja lain yang menghabiskan masa remajanya dengan indah.
Kehidupan keras menempaku, aku pernah tinggal didaerah terminal antarkota, tinggal didaerah pasar. Segala bentuk pergaulan kulalui, tak jarang aku harus berkelahi meghadapi anak anak lain yang akhirnya menjadi sahabat-sahabatku.
Semenjak meninggal ibuku karakterku terbentuk keras, perkelahian dan amarah menjadi kebiasaanku tak jarang papa dan nenek ku harus berurusan dengan orangtua temanku dan dokter, karena korban pukulan, ada beberapa orang yang harus dijahit pelipis dan dagunya. Namun tak jarangpula aku pulang dengan wajah biru dan lebam.
Mama.., Maafkan aku aku tidah bisa menjadi anakmu yang baik. Kehidupan ini begitu keras.
Tahun terus berlalu, keadaan telah merubahku, semakin keras hidup ini. Semakin tegar aku hadapi. Kini kujalani hiduku dengan Islami, mendekatkan diri kepada Allah, kuteruskan hafalan Qur’anku, membuat hidupkan ku lebih tenang.
Aku sadar Allah lah yang telah merencanakan kehidupan untukku, dibalik pahitnya hidupku Allah telah beri banyak kebaiikan untukku, segala keahlian dari mama tiriku, Disiplin, Jiwa persaudaraan di teman teman jalananku, dan nikmat yang lain yang tidak dapat ku hitung satu persatu.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?” (QS Arrahman : 13)
Namun disetiap moment indah kekeluargaan, seperti Idul fitri, semua orang kembali kekampung halaman untuk silaturahmi dengan mama atau keluarga mereka
Sementara aku hanya tertunduk menangis disini mengenang mamaku,
Dihari ibu ini suasana hatiku kembali kacau ingat mamaku sambil memegang salah satu photo mama ketika menggendongku, istirahatlah mama… doaku selalu untuk mama,
Kehidupanku masih panjang, dan akan kuperjuangkan. Aku kan selalu jaga Adikku untuk mama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
kasi Comentar ya..